Bulan Ramadan kerap menjadi bulan tersibuk bagi masjid-masjid di Inggris lantaran harus menjamu lebih banyak jamaah dibandingkan pada bulan lainnya.
Namun, fenomena yang jauh berbeda sangat terasa pada bulan Ramadan tahun ini. Masjid-masjid di Inggris tak lagi ramai oleh jamaah menyusul kebijakan pembatasan pergerakan yang diberlakukan pemerintah sebagai upaya pencegahan penularan wabah virus corona (Covid-19).
Sama seperti umat agama lainnya, sebanyak hampir tiga juta Muslim di Inggris diperintahkan untuk melakukan ibadah di rumah, termasuk selama bulan Ramadan.
Kondisi ini pun membuat hampir dua ribu masjid di seluruh Inggris tutup dan menggelar aktivitas keagamaan seperti solat, ceramah, hingga pengajian secara virtual.
Meski begitu, beberapa masjid seperti Central Jamia Mosque Ghamkol Sharif di Birmingham, kota di barat laut London, masih tetap terlihat sibuk. Bukan sibuk menjamu jemaah yang beribadah, melainkan mengurusi jenazah pasien-pasien corona yang meninggal dunia.
Sejak masjid ditutup untuk jemaah karena Covid-19, pihak Central Jamia Mosque Ghamkol Sharif menyulap lapangan parkir mereka menjadi kamar mayat atau rumah duka bagi sedikitnya 150 jenazah pasien virus corona.
Pengelola masjid membuka tempat penampungan jenazah itu secara sukarela menggunakan tenda putih. Seorang wali amanat masjid, Mohammed Zahid, menuturkan langkah tersebut dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa jenazah pasien virus corona Muslim tidak bisa dimakamkan sebagaimana mestinya seperti aturan Islam lantaran minimnya sumber daya dan lahan di tengah lonjakan angka kematian.
![]() |
Sejumlah mesin pendingin industri dan tumpukan peti mati yang rapi terlihat berjajar di tenda-tenda tersebut. Sebelum pandemi corona, Masjid biasa menggelar 1-2 pemakaman setiap minggu.
Namun, sejak pandemi corona merongrong Inggris, Central Jamia Mosque Ghamkol Sharif melakukan proses salat jenazah dan pemakaman menjadi 5-6 kali dalam sehari.
"Dalam beberapa minggu terakhir kami melakukan (proses pemakaman) lima sampai enam kali dalam sehari," ujar Zahid eseperti dilansir AP.
Zahid menuturkan proses pemakaman jenazah menjadi sulit selama corona lantaran pemerintah hanya memperbolehkan maksimal enam orang untuk mengurusi proses pemakaman mulai dari memandikan jenazah, menyalatkan, hingga menguburkan.
"Ini menjadi sangat sulit terutama ketika mereka tidak bisa dikelilingi saudara dan keluarga. Ini menjadi sangat sulit bagi orang-orang yang kehilangan orang yang mereka cintai," kata Zahid yang juga ditinggal dua bibinya yang ikut jadi korban meninggal dunia karena virus corona.
Cerita serupa juga terjadi di Masjid Green Lane tak jauh dari Central Jamia Mosque Ghamkol Sharif. Aula Masjid Green Lane tak lagi dipenuhi para jamaah yang hendak beribadah, tetapi peti-peti mati yang berjajar dan menumpuk.
Biasanya, masjid tersebut mengadakan sekitar 25 pemakaman dalam satu tahun. Namun, selama tiga minggu terakhir pihak masjid mengatakan telah melakukan proses pemakaman lima kali dalam sehari.
![]() |
Hampir setiap orang yang tergabung dalam komunitas Muslim di Birmingham mengetahui seseorang atau kerabatnya yang meninggal akibat corona.
Seorang warga Muslim di Birmingham, Haly Bano, menuturkan sang paman meninggal setelah terjangkit Covid-19. Ia meyakini bahwa sang paman, yang merupakan sopir taksi, tertular corona dari salah satu penumpangnya.
"Sangat sulit bagi orang tua kami menghadapi kabar duka ini karena kami tidak bisa hadir dalam proses pemakaman paman. Sejauh ini kami hanya bisa melakukan komunikasi melalui FaceTime," kata Bano.
Menurut Bano, jumlah pasien corona dan kematian yang terus melonjak di Inggris salah satunya disebabkan oleh sebagian warga yang masih abai terhadap peraturan menjaga jarak. Ia mengaku kaget lantaran masih melihat orang-orang berdesak-desakan di supermarket dan toko daging untuk membeli kebutuhan.
Ia menuturkan beberapa orang mengenakan masker wajah tetapi hanya sedikit yang menjaga jarak minimal dua meter dari orang lainnya.
"Orang-orang tidak mendengarkan peraturan. Ini benar-benar menakutkan dan berbahaya," tutur Bano.
Pandemi corona memberikan dampak besar bagi Inggris karena telah menginfeksi orang-orang dari berbagai latar belakang mulai dari warga biasa hingga pejabat tinggi negara.
Sejumlah tokoh dan pejabat Inggris seperti Pangeran Charles, Menteri Kesehatan, hingga Perdana Menteri Boris Johnson sempat terinfeksi virus serupa SARS tersebut.
Berdasarkan data Worldometer per Rabu (29/4), Inggris tercatat memiliki 161.145 kasus corona dengan 21.678 kematian.
Statistik pemerintah menunjukkan bahwa kelompok etnis minoritas menjadi yang paling terdampak virus corona. Sebanyak 16 persen pasien corona yang meninggal dunia di Inggris hingga 17 April lalu merupakan keturunan Asia atau kulit hitam serta etnis minoritas lainnya. (rds/ptr)
"ramai" - Google Berita
April 30, 2020 at 02:54AM
https://ift.tt/2WoKyAX
Kala Ramadan Sunyi dan Salat Jenazah Ramai di Inggris - CNN Indonesia
"ramai" - Google Berita
https://ift.tt/32BI5nJ
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kala Ramadan Sunyi dan Salat Jenazah Ramai di Inggris - CNN Indonesia"
Post a Comment